Being cocky is bad for your health.
by Sarah Audrey Christie
Bagaimana mengingatkan seorang teman yang sombong? Akhir-akhir ini pertanyaan itu terus menggangguku. Bagaimana kalau, temanmu, yang sudah sangat lama berteman denganmu, ternyata menjadi semakin sombong? What to do? How to react?
Dia menjadi mudah marah, semakin tertutup, dan makin tak kukenal. Ketika makan bersamaku, dia dengan sengaja menyibukkan diri dengan blackberry-nya, seolah-olah apapun yang aku bicarakan tidak lebih berharga dari status orang-orang yang bisa dilihatnya nanti. Aku merasa tak dihargai. Aku harus mengakui itu. Dan aku tidak akan semudah itu merasa tak dihargai oleh teman-temanku, kecuali jika it was so obvious.
Dan ia mengatakan hal-hal terhadapku atau kepadaku, yang menurutku, ah, sombong sekali orang ini! Aku sedih karena aku harus mendengarnya dari teman yang sangat lama kukenal, seolah aku sudah tak mengenalnya lagi.
Memang, sejak dulu, hubungan persahabatan kami adalah kompetisi baginya. Bahkan di saat lulus kuliah pun kami sempat 'break', bukan hanya karena aku berpindah kota, tapi karena ia menganggapku kompetitor, bukan sahabat.
And now, it's been 7 years since that time, and 14 years since we first sat in the same class. I can't imagine, that it's happening again. People should have changed, right.
But I've decided, because we are now adults, I think I want to let her think for herself. Aku tak akan bisa berbicara pada batu. Hanya Tuhan yang bisa berbicara pada batu-batu yang keras. Tentang batu, kamu hanya bisa menunggu, menunggu sampai batu-batu itu berbicara kepadamu. Dan saat waktu itu datang, aku akan siap mendengarnya. But for now, it's time to focus on the most important things.
Mungkin memang hari-hari ini, teman-temanku sedang dipangkas oleh Tuhan. Aku yakin, 'pemangkasan' itu juga berguna untuk mendewasakanku.