Ukuran-ukuran Dunia dan Ukuran Allah.
by Sarah Audrey Christie
“Real Men Use Three Pedals”
Kalimat itu menggangguku. Aku sedang dalam perjalanan ke kantor waktu aku melihat stiker ini terpampang pada kaca belakang sebuah mobil.
Why on earth would they say that? So, para pengguna mobil matic bukan pria sejati? Atau bukan pria sama sekali?
Ukuran. Dunia punya ukuran. Masyarakat kita punya ukuran. Ukuran-ukuran kesempurnaan. Dan begitu mengintimidasinya ukuran itu sehingga kita pun secara tak sadar mengikutinya. Diukur olehnya. Merasa harus memenuhi ukuran-ukuran tersebut untuk dapat dikatakan ‘sempurna’. Agar orang melihat mereka sempurna. Ini hanya dugaanku, tapi aku yakin, ada beberapa pria mengganti mobil maticnya dengan manual, hanya karena tulisan itu. Karena mereka ingin disebut "Real Men".
Lalu, ini kasus yang berbeda. Tapi masih tentang ukuran kesempurnaan. Aku sedang menggoda temanku soal usianya yang akan memasuki 30 dalam beberapa hari ke depan. Menurutku, itu harus dirayakan. Karena usia 30 di beberapa negara, is the new 20, right! And it has to be celebrated. Itu adalah tonggak kemandirian, kematangan, dan kepercayaan diri. Tapi aku salah, itu di luar negeri. So, right after I said about the whole celebration thingy, she got angry and said that she doesn't want to talk about it. Aku kaget dong. Mengapa sampai harus marah?
Aku teliti lagi. Lalu aku sadar, lagi-lagi ini masalah ukuran. Seorang wanita di Indonesia harus sudah menikah dan paling tidak punya seorang anak di usia 30. Dan kalau belum, maka ia tak sempurna, atau bukanwanita yang baik. Padahal, siapa yang bilang begitu? Seperti temanku itu, aku pun sebentar lagi akan berusia 30 tahun, still single (but happy), and trusting God fully that He is never late about this kind of thing. Kalau memang sudah waktunya ya sudah waktunya, there is no rush. And keadaanmu yang sekarang sama sekali tidak mendefinisikan keseluruhan kamu. Well, aku bohong kalau aku bilang aku tidak pernah tertekan. Aku pun kadang frustasi karena ukuran yang mengatakan bahwa ‘di uria 30 kamu harus sudah berkeluarga’ itu, tapi aku menolak untuk diukur olehnya. I refuse to be measured that way. Because it is not who I am.
Dan baru saja, pegawaiku menunjukkan sebungkus rokok yang baru saja dibelinya. Ia merokok lagi, padahal kami –aku dan papa– benar-benar menganjurkan agar dia tidak merokok, for his own health. Karena ia sudah memasuki umur 40an. Tetapi aku berusaha menelaah masalah. Ah! Akhirnya aku tahu. Masalahnya, ada beberapa tukang cat sedang bekerja di rumahku. Mereka sedang memperbaiki tembok rumah kami. Dan tentu saja, mereka merokok. Apa kata mereka, jika pegawaiku, seorang laki-laki berusia 40an tahun, tidak merokok, tentu itu ‘memalukan’. Rokok kan salah satu ukuran kesejatian pria, kalau kamu perhatikan. Bahkan lebih gila lagi, ada wanita-wanita yang mengijinkan, bahkan menganjurkan suaminya merokok, karena menurut mereka laki-laki memang harus merokok, so they will look manly! Could you imagine that? Rokok! What are you thinking? Okay they look manly, but then they got sick and die? Apakah manly masih penting, menurutmu?
Ukuran, ukuran, ukuran, ukuran ada di sana sini. Ukuran ada di mana-mana Ukuran itu mengharuskan kamu seperti itu, ukuran mengharuskan kamu melakukan itu, agar kamu tampak ‘sempurna’. Potongan rambutmu, pakaianmu, perawakanmu, seluruh eksistensi dirimu diukur oleh sesuatu.
Padahal ukuran kesempurnaan menurut Allah, sama sekali berbeda dari ukuran-ukuran dunia. Sempurna menurut Allah, b`hkan tidak berarti ‘lengkap’. Sempurna menurut Allah, adalah kamu tahu, bahwa kamu direncanakan untuk kemuliaan. Yes, itu ukuran sempurna Tuhan. If you know that you are planned for glory, then you are perfect. Ketika kamu mengerti dan menerima apa yang Allah katakan tentang kamu, sebagaimana kamu ada sekarang, saat itulah kamu akan dapat melakukan hal-hal yang besar, dan yang jauh lebih besar, dari apa yang kamu pikir bisa kamu lakukan.
Memahami hal itu, membuat Nick Vujicic, bisa terus hidup, berkarya, dan bahkan menikah di tahun ini. Memahami bahwa ia direncanakan untuk kemuliaan, meski ia tak memenuhi ukuran kesempurnaan dunia –bahwa seorang laki-laki harus tegap dan gagah dengan tangan dan kaki yang lengkap– membuatnya mampu melakukan hal-hal yang besar, yang bahkan di luar batas pikiran manusia.
Memahami pendapat Allah tentang kesempurnaan, juga membuat Hee Ah Lee mampu memainkan piano dengan keempat jari yang dipunyainya, mungkin jauh lebih baik dari apa yang dapat dilakukan oleh seorang pianis yang memiliki sepuluh jari lengkap.
Memahami arti kesempurnaan yang sesungguhnya, membuat Barrack Obama, seorang pria berkulit hitam dari kalangan biasa, berhasil menapakkan kaki di Gedung Putih dan menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-44.
Jadi aku hanya ingin make a loud noise soal ini. Aku ingin meneriakkan ukuran Allah lebih keras dari semua ukuran manusia di dunia ini. Hey, kalian direncanakan untuk kemuliaan, so you are as perfect as God made you. Kamu tak kurang tinggi, kurang pendek, kurang tampan, atau kurang cantik. Tak masalah kalau di usia 30 kamu belum menikah. Tak masalah kalau kamu memakai mobil matic. Dan sama sekali bukan masalah, malah hal yang baik, kalau kamu tidak merokok. Don’t let the world tell you what is perfect. Hear only what God said about perfection. And to God, you are already worthy and perfect in His eyes. Understand that. And you will be free.