Keajaiban Besar Dalam Kemasan Kecil.
by Sarah Audrey Christie
Aku harus menceritakan tentang Tuhan. Aku harus menceritakan tentang keajaiban demi keajaiban yang terjadi padaku hari-hari ini. Small miracles, tetapi itu adalah bukti bahwa kita memiliki Tuhan yang besar. Sangat besar! Sangat berkuasa. Dahsyat dan ajaib. Dan yang terpenting dari semua itu, Ia sangat mengasihiku, lebih dari yang aku pikir aku tahu. And if you do pay attention to every detail in your life, I bet you will see what I see these days.
On Thursday.
Aku harus membayar uang jasa transportasi antar jemput yang aku gunakan, tetapi seperti kukatakan kemarin, pengeluaranku bulan ini sudah overbudget, in many ways I can’t describe. Tetapi entah mengapa, aku percaya tabunganku tak akan terpotong. Dan aku berserah, jika memang jumlah tabunganku akan terpotong, maka Tuhan akan menggenapkannya kembali.
Aku tak punya back up plan. Aku hanya punya keyakinan, bahwa Tuhan tahu tentang keadaanku, sepenuhnya. Tentang segala pengeluaranku itu, dan bahwa semuanya kulakukan karena keharusan, bukan karena sebuah tujuan ingin berfoya-foya. Semua langkah yang aku ambil, semua keberanian yang aku kumpulkan untuk keluar dari kantorku sebelumnya meskipun pendapatanku di sana lebih besar. Dan aku tahu aku tak akan kekurangan, apalagi meminta-minta. Aku tak akan berhutang. Because that’s His promise.
Dan hari itu, waktu aku sedang makan siang dengan Papa, salah seorang clientku menghubungi. Ia mengatakan bahwa ia lupa mentransfer pembayaran bulanan jasa menulis yang aku lakukan untuk perusahaannya. Dan ia baru saja mentransfer pembayaran terse but ke rekeningku. Yang baru aku sadari beberapa menit kemudian adalah, jumlahnya sama persis dengan amount yang harus aku bayar kepada jasa transportasi yang aku pakai! Exactly the same! Sehingga tabunganku tidak jadi terpotong.
Hal ini sudah pernah terjadi beberapa bulan yang lalu, waktu Papa harus dioperasi karena ada semacam kista di lehernya. Tidak berbahaya sih, tetapi kami memutuskan untuk tetap menyingkirkannya, agar tidak menjadi berbahaya di kemudian hari. Waktu itu, aku sudah yakin, tabunganku sudah pasti akan berkurang dari jumlah yang aku tetapkan. Sebab biaya operasi sangat besar. Tetapi entah mengapa, dengan segala bantuan yang datang, dari keluarga maupun kerabat, jumlah tersebut memang sempat berkurang, namun kembali genap dalam waktu singkat. Mungkin bahkan tidak sampai sehari.
Aku masih ingat perkataan seorang pendeta, Joseph Pratana, di gereja kami beberapa minggu lalu. Ia sedang menjelaskan tentang kisah populer di Kitab Keluaran, saat laut teberau terbelah. Rupanya para ilmuwan berusaha menyangkal keajaiban tersebut dengan mengatakan bahwa yang terjadi adalah fenomena alam, bukan mujizat Allah. Joseph mengatakan, “Benar, itu fenomena alam karena Tuhan membelah laut dengan angin puyuh (jadi secara sains, itu mungkin terjadi), tetapi yang menjadikan hal ini mujizat adalah waktunya yang sangat tepat!” WaktuNya sangat tepat! Tepat bangsa Israel sudah di ujung laut. Tepat ketika mereka sudah tak bisa lari ke mana-mana. Tepat ketika pasukan Mesir hampir mendapatkan mereka. Tepat pada saat itu, Tuhan membelah laut Teberau. Tidak terlalu dini, dan tidak terlambat. Tepat. Exact, precision, perfect timing.
Tepat ketika aku membutuhkan uang dalam jumlah tertentu. Tepat ketika tabunganku akan terpotong. Tepat pada saat itu, Ia mengirim dari Surga, jumlah yang sama, lewat seorang klien yang aku kukira sudah membayarku di awal bulan (aku jarang mengecek rekeningku). Ia mempesonaku sekali lagi.
On Friday.
Hari Jumat adalah hari aku harus hadir di kantor tempatku freelancing. Dan aku berharap seisi rumah sudah tahu tentang itu (ya memang aku salah dalam hal ini). Aku lupa memberitahu pada pegawai kami di rumah tentang jadwal kerjaku. Sehingga ia tak menyiapkan bekal makan siang untuk kubawa ke kantor. Aku agak upset, tetapi karena menyadari bahwa 80 persen adalah salahku sendiri, aku memilih diam dan berangkat ke kantor tanpa bekal. Sepanjang perjalanan aku berpikir bagaimana aku akan makan siang, sebab seperti pernah kuceritakan di posting-ku sebelumnya, standar makanan di daerah kantorku cukup mahal. Dan masalahnya, aku sudah overbudget itu tadi. Seandainya pengeluaranku biasa-biasa saja. Aku tak akan sepelit itu terhadap diriku sendiri. In this state, segala pengeluaran yang tidak perlu atau yang seharusnya bisa dibuat lebih hemat, akan sangat menyebalkan buatku.
Sampai di kantor, aku melihat penjual nasi keliling, dengan harga yang sangat murah. Aku beruntung pikirku, ini pertolongan Tuhan. Meski dengan harga yang sangat murah itu aku tak yakin nasi itu akan ada rasanya, atau ada lauknya, tapi yah, sudahlah, yang penting kan aku makan, dan kantongku tak bakal terkuras.
Namun sampai di dalam kantor, ternyata teman sekerjaku sedang pergi ke luar kota. Aku tak menyadari apa hubungannya denganku, sampai catering makan siangnya datang ke ruangan kami. Detik itu juga aku baru menyadari, bahwa Tuhan sebenarnya sudah menyediakan makan siangku! You know, makan siangnya akhirnya memang diberikan padaku, karena teman-teman yang lain sudah membawa bekalnya sendiri. Jadi sebenarnya, tanpa aku berusaha menyelamatkan diri dengan membeli nasi bungkus, Ia sudah memeliharaku dengan jauh lebih baik, melalui catering makan siang temanku.
Ini adalah bukti bahwa, sebagus apapun rencanamu, tak akan lebih bagus dari rencanaNya. His plans are always better. Itu yang kamu perlu tahu.
On Sunday.
Ini sih boleh dibilang the most bizarre moment this week. Aku sedang antri di kasir sebuah supermarket, waktu aku menyadari bahwa aku melupakan sesuatu yang selalu aku lupakan ketika berbelanja, tissue basah! Entah mengapa aku selalu lupa! Dan I hate this supermarket on Sundays, because it’s always so crowded, sehingga tak mungkin kalau aku meninggalkan antrianku hanya untuk mengambil satu bungkus tissue basah. No, no, no, aku bisa mengulang lagi antrian dari awal, padahal aku sudah di depan kasir.
Lalu I think something told me to look upfront, lihat ke arah depan, ke rak-rak di depan kasir yang selalu menawarkan kita more things to buy. And there it is, satu bungkus tissue basah, dengan brand yang biasa kubeli, terpampang di sana. Hanya satu, jadi aku tahu bahwa itu memang tidak seharusnya berada di sana. Seseorang meninggalkannya di sana. Atau mungkin, an angel did. An angel helped me run my errands!
It’s just there, seperti sesuatu yang appear by itself, di tempat dan waktu yang tepat. I don’t know about you, tetapi buat aku, ini adalah great miracles in small packages. Tampaknya mujizat kecil, tetapi sebuah benda muncul di tempat dan waktu yang tepat, adalah mujizat besar buatku. Kemasannya saja sederhana. The miracle itsdlf is big!
On Monday (This Morning).
I’m gambling with time. Jam 7 nanti malam aku harus mengikuti School of Ministry di gerejaku. Dan ya, aku lupa cerita bahwa hari Minggu kemarin aku mendapat teguran Tuhan soal ini. Aku hampir saja memutuskan untuk tidak ikut dalam kegiatan ini karena aku berpikir mana mungkin aku mengikutinya, aku bisa sangat kelelahan karena berpacu dengan waktu. Kantorku berada jauh di tengah kota, gerejaku berada di pinggir barat kota Surabaya. Jadi itu berarti mengarungi lautan kemacetan jam pulang kantor yang begitu melelahkan. Pertama, aku tak yakin aku dapat mencapai daerah barat tepat jam 7 malam. Kedua, aku pasti sangat lelah. Tapi soal lelah itu aku singkirkan, karena Tuhan menegurku soal disiplin spiritualku yang menurun. Nah sekarang lebih ke masalah bagaimana menerjang kemacetan dan tiba di rumah jam 7 tepat, lalu dengan motorku, berangkat secepatnya ke gereja. Aku rasa, kalau aku bisa mencapai rumah jam 7 tepat, maka aku hanya akan terlambat 15 menit, sebab rumah dan gerejaku tak terlalu jauh.
Tetapi masalahnya, jasa transportasi antar jemput yang aku gunakan, biasanya harus menjemput dua orang sebelum aku, dan salah satunya berkantor di pusat kemacetan Surabaya. Itu yang membuatku semakin pesimis. But anyway, sebab Tuhan yang menyuruhku mengikuti kegiatan ini, sebagai fondasi yang kuat bagi pelayanan yang akan kulakukan (yang belum kuketahui secara jelas tapi yang aku yakin akan kulakukan), maka aku yakin benar He knows what He’s doing, and He knows what He’s telling me. So meski aku sudah memutar otak, aku akhirnya memutuskan untuk percaya, bahwa Tuhan punya jalan terbaik. The Miracles Way.
Tiba-tiba pagi ini, ibu yang berkantor di pusat kemacetan itu mengatakan bahwa ia tak akan ikut pulang ke daerah barat. And that means, menghemat cukup banyak waktu!
I can’t tell you now, because it hasn’t happened yet. But I’m pretty sure, Dia akan membuatku tidak terlambat terlalu banyak, atau bahkan, tidak terlambat sama sekali. Sebab ia mau aku mengikuti kelas ini. And I tell you what, kalau Ia yang menginginkannya, tak ada yang dapat menghalangi Dia. Sebab Ia adalah Allah yang absolut. And because He knows what He’s doing, aku mempercayai Dia dengan segenap hari ini. To God be the glory and honor.
Well, I hope you are blessed by my stories. And keep believing in the miracles. Keajaiban-keajaiban besar dalam kemasan-kemasan kecil. Keep witnessing and admitting God's work in your life, because He loves you that much.