Archive for November 2013

Anugerah Berbicara Kepada Tembok

"Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya." -2 Timotius 2:24-26

Ada anugerah untuk berbicara pada 'tembok'. Tembok-tembok yang susah mendengar. Tembok-tembok yang susah percaya. Tembok-tembok yang bebal. Tembok-tembok yang tidak suka proses.
Ada anugerah tambahan untuk berbicara kepada mereka. Untuk diam bahkan, jika memang kita sudah mengatakan apa yang semestinya mereka dengar. Ada anugerah untuk menerima mereka meski mereka belum sempurna. Ada anugerah untuk percaya bahwa Tuhan bekerja bahkan di dalam hati yang sekeras baja.

Jadi kalau ada anugerah Allah, jangan menyerah. Tetap bekerja untuk Dia yang menugaskan kita di sana. Di tempat tembok-tembok itu berdiri. Sekarang tembok mereka masih teguh. Tapi suatu hari pasti runtuh.

Hanya Demi Satu Jiwa

Tuhanku luar biasa. Ia bisa menyuruhku untuk berbicara di tengah kerumunan, hanya demi satu orang. Hanya agar satu orang menemukan jawabannya. Hanya untuk meredakan kebingungannya. Hanya demi satu jiwa, Ia membuka mulutku dan menaruh kata-kata. Padahal aku pikir, aku tak ingin berbicara. Aku tak punya topik yang brilian untuk dibicarakan pada orang banyak. Tapi Ia berkata kepadaku, ceritakan tentang kasihKu, ceritakan tentang betapa panjangnya, dan lebarnya, dan dalamnya, dan tingginya kasihKu. (Efesus 3:18-19)

Tuhan pun mulai menaruh kata-kata di lidahku:
"KasihKu panjang, karena aku tak pernah berhenti mengejar, kalau kamu jauh.
Kasihku dalam, sedalam pengertianKu kalau kamu merasa tak mampu.
Kasihku lebar, seperti tanganKu yang selalu terbuka lebar untukmu, kapanpun kamu ingin kembali.
Kasihku tinggi, karena tak seorang manusia pun dapat memahaminya.
Katakan pada anak-anakKu, kasihKu memang tak akan dapat dimengerti, sebab melampaui segala pengetahuan manusia. Tapi kasihKu bisa dikenal. KasihKu bisa dialami. Kenalilah, alamilah, terimalah, tak usah berusaha memahami Aku, terima saja cintaKu. Biarkan cintaKu membalut hidupmu."

Lalu aku pun mengerti maksud Tuhan. Logika dan kemanusiawian kita hanya akan menghalangi kasihNya. Jangan lihat kasih Allah pakai kacamata logika. Untuk sesaat saja, sisihkan akal budi dan mulai aktifkan roh dan iman untuk melihat Tuhan. Sejenak saja, lihat kasihNya tanpa usaha kita. Terima saja cinta itu, biarkan cinta itu menyembuhkan kita.

Lalu sepulang dari acara di mana aku harus berbicara itu, seseorang mengirimkan pesan kepadaku, dan berkata bahwa Tuhan menjawabnya pada hari ini. Ia telah berusaha untuk memahami kasih Tuhan selama 3-4 bulan dan menemukan segala fakta yang pro dan kontra, tetapi malam ini ia menerima sebuah jawaban yang melegakan, dan mungkin malah, membebaskan. Kasih Tuhan itu memang tak untuk dimengerti, tapi untuk dikenal dan dialami.

Aku hanya bisa terkagum pada keluasan cintaNya. Aku sendiri tak akan pernah mengerti bagaimana Ia menyuruhku berbicara tentang kasih -yang kupikir bukan topik baru- tetapi ternyata seseorang dibebaskan, satu jiwa dilegakan, bagi kemuliaan Kristus.

Aku rasa, Tuhan tahu kebutuhan umatNya. Jika seseorang perlu mendengarnya lagi, Ia akan membuat siapapun berbicara.




© 2013. Sarah A. Christie. Powered by Blogger.